TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Rencana Jahat {12}



Rencana Jahat {12}

0 Seratus lima puluh prajurit sedang berkumpul di lapangan uji coba medan perang. Mereka membawa tameng dan tombak masing-masing dan tampak sedang bersiap untuk menghalau segarangn. Di sisi lainnya, prajurit yang lain pun melakukan hal yang sama. Seolah kedua belah kudu sedang menunggu perintah untuk melakukan penyerangan. Jiang Kang Hua rampak menahan napas, kemudian dia memandang kejadian itu dengan tenang. Hingga kemudian dia mengangkat tangannya, dan suara terompet dari prajurit lainnya bergema.     
0

"Seraaang!" suara serbuan itu terdengar melengking. Dua kubu prajurit itu mulai saling serang dan bertahan satu sama lain. Untuk kemudian Jiang Kang Hua memandang kejadian itu dalam diam, dia tampak memerhatikan tapi tidak melakukan apa pun sama sekali. cukup duduk manis, benar-benar duduk dan diam.     

"Panglima Jiang, apakah Anda sudah memilih beberapa pasukan elit untuk Yang Mulia Raja?" tanya salah satu dari tangan kanannya. Jiang Kang Hua tampak mengelus dagunya, kemudian dia memandang Jiang Kang Hua dengan mimik wajah yang tak terbaca itu.     

"Pasukan elit yang aku pilih kini sedang berjaga di kediaman Dayang Liu, dan beberapa di antaranya sedang mengintai dan memata-matai. Namun seperti itu, aku harus mencari lima pasukan elit lagi untuk berjaga-jaga dan mencari informasi," jawab Jiang Kang Hua.     

Tangan kanannya pun mengangguk, hingga keduanya menoleh pada sebuah kuda yang berlari dengan kecang. Ada sosok yang terkapar di sana, sosok itu kemudian terjatuh begitu saja dari kuda tersebut. Jiang Kang Hua langsung berdiri dan memeriksa, jika salah satu pasukan elitnya dalam keadaan tewas dan dengan kondisi yang sangat mengerikan. Jiang Kang Hua agaknya diam, ini benar-benar bahaya ketika pasukan elitnya sudah diketahui oleh musuh, dan Jiang Kang Hua tidak tahu siapa gerangan yang telah melakukan ini semua.     

"Panglima Jiang, ada surat di tubuh prajurit ini!" kata tangan kanannya, Jiang Kang Hua membuka surat itu, kemudian dia membacanya. Rahangnya kembali mengeras mengetahui itu semua. Suatu hal sialan lain yang membuatnya lebih kesal luar biasa dari pada sebelumnya.     

"Pemberontakan besar-besaran Pangeran Wu untuk merebut singgasana dari Chen Liao Xuan. Mereka akan menyisiri hutan bambu yang ada di istana barat untuk sampai ke istana utama."     

Mendengar surat itu dibacakan oleh tangan kanannya, Jiang Kang Hua tampak terdiam sebentar. Dia bingung, benar-benar bingung. Apakah benar ini adalah penyerangan secara nyata? ataukah ini hanyalah trik pengalihan karena tujuan mereka sebenarnya masih Liu Anqier dan bayinya? Jika iya demikian, Jiang Kang Hua harus melakukan sesuatu untuk dapat menghalau ini semua. Dia tidak mungkin untuk tetap tinggal dan diam saja. Biar bagaimanapun dia sedang tak memiliki kubu, dia hanya sendiri di istana ini dan harus menjadi sosok yang bisa menyelesaikan semuanya.     

"Perketat semua pengawasan dari beberapa titik yang ada di istana mulai malam ini. Jika benar ada penyerangan, kau harus memberitahuku dengan menyalakan kembang api sama seperti biasa agar pasukan elit dan aku dapat segera kesana. Dan jangan pernah biarkan sedikitpun Selir Cheng dan Pangeran Wu untuk berada di sekitarmu dan bertindak mencurigakan apa kau paham dengan apa yang aku katakana?"     

"Paham, Panglima Jiang!" setelah memberi intruksi itu, Jiang Kang Hua akhirnya memutuskan untuk segera pergi, ke aula agung untuk melihat-lihat apa yang terjadi. bukan apa-apa, hanya saja dia merasa jika mungkin masih ada Kasim yang memiliki pemikiran logis dan mencoba membantunya untuk melawan Wu Chong Ye. Sebab bagaimanapun itu, Wu Chong Ye kini tidak sendiri. Tidak sendiri bukan berarti jika dialah yang memiliki kekyatan untuk bersekutu, akan tetapi sudah ada Cheng Wan Nian yang ada di belakang sosok yang sangat mengerikan itu.     

Jiang Kang Hua hendak masuk ke sana, tapi telinganya cukup tajam mendengar suara desahan yang sangat aneh dari seorang wanita. Saat dia tahu jika suara itu adalah milik Cheng Wan Nian, Jiang Kang Hua kaget bukan main, Cheng Wan Nian berada di aula agung, dalam keadaan tekanjang dan dia malah melakukan hubungan terlarang dengan ayahnya sendiri.     

"Selir Cheng, Kasim Agung Cheng, apa yang kalian lakukan di tempat suci ini! kalian… kalian telah melakukan hal yang tidak seharusnya!" marah Jiang Kang Hua.     

Kasim Agung pun tampak melempar sebuah kipas yang ada di tangannya, hingga menuju Jiang Kang Hua dan membuat Jiang Kang Hua melompat tinggi lalu berdiri di atas kipas itu sebelum kipas itu jatuh dengan sempurna ke tanah. Jiang Kang Hua kembali memandang keduanya, yang masih melukan itu. sungguh, Jiang Kang Hua merasa benar-benar jijik. Bagaimana bisa seorang Ayah dan anak melakukan hubungan terlarang? Terlebih di aula suci ini.     

Cheng Wan Nian tampak mencium ayahnya denga panas, setelah lidahnya menyapi bibir ayahnya dia pun menjauh dari tubuh ayahnya. Lalu dia mengenakan jubah dengan sempurna sambil memandang Jiang Kang Hua dengan tatapan sengitnya itu.     

"Ayah, hukum dia. Dia semalam telah merendahkanku. Dia telah meninggalkanku, dan tidak mau menyentuhku. Bagaimana bisa, sosok sepertiku, seorang iblis wanita yang telah mendpatkan takdir dari langit dengan kesempurnaanku, dia malah menolakku mentah-mentah,"     

Kasim Agung yang kini sudah berpakaian seperti sedia kala pun kini memandang Jiang Kang Hua. Kemudian dia tampak tersenyum seolah dia tidak sedang bertengkar dengan siapa pun.     

"Apakah kau tak pernah melihat ketika Ayah dan anak saling menunjukkan rasa kasih sayang mereka dengan tulus?" kata Kasim Agung itu. Jiang Kang Hua tampak menyeringai. Dia benar-benar tak menyangka bagian mananya yang merupakan rasa kasih sayang tersebut.     

"Kasih sayang? hamba aku benar-benar tidak tahu, kasih sayang seperti apa yang kau maksud itu. sebab bagiku itu adalah hal yang sangat menjijikkan. Bagaimana bisa Ayah kandung sendiri menikmati tubuh putrinya,"     

"Jangan sok suci, Panglima Jiang. Kita tinggal di alam iblis dan itu adalah sangat wajar. Jadi bagian mananya yang keliru? Apa yang sudah kami lakukan juga sudah lama terjadi di sini."     

Jiang Kang Hua kembali memandang Cheng Wan Nian yang tampak duduk di kursi Ratu. Jiang Kang Hua sama sekali merasa jika Cheng Wan Nian telah pantas pada posisi itu apa pun itu yang terjadi.     

"Selir Cheng, betapa kecewanya Emo Shao Ye ketika mengetahui ini semua. Bagaimana bisa kau tega mengkhianati cinta dari Emo Shao Ye dengan menyodorkan tubuhmu pada banyak laki-laki. Ini adalah perkara yang sangat menjijikkan. Jika setelah ini Emo Shao Ye tidak menyentuhmu maka kau jangan perhah merasa jika dirimu adalah korban. Itu semata-mata karena Emo Shao Ye mungkin telah tahu dengan apa yang kau lakukan sepeterti ini, Selir Cheng!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.